Tinggalkan Jabatan dengan Gaji Rp100 Juta dan Menjadi Mualaf, Hasanudin Tetap Bersyukur Walau Hidup Susah
GELORA.CO - Harta yang melimpah ternyata tidak membuat seseorang menemukan kebahagian seutuhnya.
Terkuak sebuah kisah seorang mantan manager yang memilih untuk menjadi seorang mualaf bisa dijadikan sebuah contoh.
Hasanudin, mantan manager yang sudah menjadi mualaf tersebut mengaku jika dulu dirinya bisa mendapatkan gaji sebesar Rp100 juta per bulan dan hidup bergelimang harta dari hasil pekerjaannya.
Namun, Hasanudin memilih untuk meninggalkan pekerjaanya sebagai manager dan lebih memilih untuk pekerjaan yang 180 derajat berbeda dengan sebelumnya yaitu sebagai pedagang cincau.
Meskipun Hasanudin telah meninggalkan pekerjaan dengan gaji fantastis, dia tetap bersyukur dengan pilihannya sekarang.
Hasanudin menyatakan jika gaji yang didapat saat menjadi manager tempat hiburan terkenal di Jakarta, tidak membuat hidupnya lebih baik dan tenang.
Padahal Hasanudin dengan pekerjaan saat itu dapat memiliki rumah dan mobil mewah serta keluarga yang harmonis.
Saking kayanya saat itu, Hasanudin kerap menjadi tempat mengutang bagi teman-temannya hingga dia harus menanggung utang sebanyak Rp3 miliar.
Keruntuhan hidup Hasanudin dimulai saat harta kekayaanya semakin surut dan menimbulkan pertengkaran rumah tangga yang membuat dirinya bercerai dengan istrinya.
Usaha membangun keluarga baru pun pernah Hasanudin coba, tetapi kandas karena masalah ekonomi.
Tidak menyerah, Hasanudin kembali meminang perempuan untuk ketiga kalinya tetapi dengan satu syarat yaitu harus menjadi mualaf.
Setelah menjadi mualaf dan menikah kembali untuk ketiga kalinya, Hasanudin dan istri berpindah dari Jakarta ke Sukabumi, Jawa Barat yakni memulai kehidupan baru.
Di Sukabumi, Hasanudin bekerja kembali sebagai seorang pedagang cincau keliling.
Dia mengatakan pernah mendapatkan sebuah mukjizat di saat daganganya kurang laku dan harus membayar uang pendidikan anak.
Saat itu ada orang yang ingin membeli dagangannya tetapi Hasanudin menghimbau untuk tidak membelinya.
Himbauan tersebut dikatakan Hasanudin karena sepi pembeli, lambat laun cincaunya rusak sehingga ditakutkan kualitas akan tidak baik.
Lantas, orang itu memilih dagangan Hasanudin yang lain yaitu es nanas sebanyak dua bungkus dengan harga Rp10.000.
Tak disangka, setelah membeli es nanas, orang tersebut secara tiba-tiba memberikan uang sebesar Rp300 ribu kepada Hasanudin.
Dengan diberi uang Rp300 ribu, Hasanudin tak henti-hentinya mengucap syukur seraya berterima kasih kepada orang yang membeli dagangannya karena telah memberikan uang untuk membayar biaya pendidikan anaknya. ***
Sumber: hops
Belum ada Komentar untuk "Tinggalkan Jabatan dengan Gaji Rp100 Juta dan Menjadi Mualaf, Hasanudin Tetap Bersyukur Walau Hidup Susah"
Posting Komentar