Akademisi UI Sebut Pengadaan Vaksin adalah Bisnis Besar Taipan, bukan Kemenkes yang Impor
GELORA.CO - Pemerintah Indonesia tengah melakukan tahap finalisasi pembelian tiga vaksin corona dari beberapa perusahaan vaksin di China.
Ketiga vaksin China tersebut di antaranya Sinovac, Sinopharm dan CanSino, dikatakan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Achmad Yurianto telah menyelesaikan uji klinis fase 3 di sejumlah negara.
Tim finalisasi pembelian vaksin tersebut terdiri dari Kementerian Kesehatan, Kementerian BUMN, Kementerian Maritim dan Investasi, Kementerian Agama, Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan BPOM.
"Bahkan, vaksin ini sudah digunakan di negara asalnya," kata Yuri dalam jumpa pers daring yang ditayangkan Kompas TV, Senin (19/10/2020).
"Tujuannya, kita mencari vaksin yang bisa digunakan secara aman untuk penduduk kita. Aman dalam dua perspektif, dari sisi manfaat terhadap pencegahan untuk menjadi sakit karena Covid dan aman dari sisi kehalalan," jelas Yuri.
Dari ketiga vaksin corona China yang melakukan uji klinis yang dilakukan di luar negara asalnya, salah satunya Sinovac dilakukan di Indonesia.
Vaksin Sinovac, kata Yuri, telah menyelesaikan uji klinis fase 3, selain di China juga di Brasil.
"Sedangkan di Indonesia, baru akan selesai pada Desember ini, yang dilaksanakan di Bandung oleh Bio Farma dan Unpad (Universitas Padjajaran)," ungkap Yuri.
Sementara itu, akademisi yang juga mantan Eselon 1 Kemenko Maritim dan Eselon 1 Kemenko Ekuin, Ronnie Higuchi Rusli punya pandangan lain terkait rencana pembelian vaksin tersebut.
Melalui akun Twitternya, @Ronnie_Rusli, dosen Universitas Indonesia tersebut menyatakan, pengadaan vaksin merupakan bisnis besar oleh kalangan tertentu.
Ia membuka pandangan tentang sistem impor vaksin yang menurutnya hanya dilakukan oleh importir, bukan pemerintah.
"Catat, vaksin itu bisnis besar para taipan yang gelontorin duitnya untuk impor, bukan uang dari Anggaran Kemenkes untuk Impor Vaksin. Karena Kemenkes bukan importir obat/vaksin. Jadi para importir itulah yang pakai tangan pemerintah untuk wajib vaksinasi. Kalau mau, liat Singapore dan Brunei," tulis Ronnie dikutip Wartakotalive.com, Rabu (21/10/2020).
Statemen Ronnie pun membuat sejumlah pengikutnya tercengang. Mereka bertanya untuk memastikan bahwa uang pembelian vaksin bukan dari Kemenkes.
"Bukan uang dari Anggaran KEMENKES untuk Impor Vaksin ?" tanya seorang warganet.
Ronnie pun kembali menjelaskan, "Bukan, Vaksin itu dibeli. Memangnya Kemekes yang menyediakan obat-obatan Kemotherapi di RSUP/RSUD atau obat sakit jantung, segala vaksin yang ada di RS? Kemekes hanyalah regulator kesehatan. Kalau obat-obatan itu urusan POM," jelas Ronnie.
Ronnie kemudian mengutip pernyataan dari pendiri Tesla, Elon Musk, yang secara tegas mengungkapkan tidak akan pernah menggunakan vaksin virus corona, meski nantinya vaksin itu tersedia.
"Tesla founder Elon Musk has said that "neither he nor his family will likely take future coronavirus vaccines" even when they are readily available, saying the pandemic has “diminished [his] faith in humanity. Hanya monyet di Indonesia perlu di vaksin, yang bukan monyet gak perlu," tulis Ronnie lagi.
Belum ada Komentar untuk "Akademisi UI Sebut Pengadaan Vaksin adalah Bisnis Besar Taipan, bukan Kemenkes yang Impor"
Posting Komentar